Narasumber : Prof. Dr. Ngainun Naim, M.HI.
Moderator : Sigid Purwo Nugroho, S.H.
Jika ingin mudah menulis, yang sebaiknya dilakukan adalah tulislah yang kita semua pernah alami. Hanya bercerita saja dalam bentuk tulisan. Sehingga tidak perlu banyak berfikir, seperti contoh tulisan beliau berjudul "Kelepon dan Pentol Kuah" yang dapat dibaca dalam https://ngainun-naim.blogspot.com/2023/12/kelepon-dan-pentol-kuah.html .
Dari judulnya sudah sangat simple, mudah ditemui, dan ternyata dalam penulisan isinya Prof. Ngainun menggunakan kata-kata trend yang kekinian. Kaum milenial dan Gen-Z dijamin tidak bosan membacanya, seperti buku beberapa buku yang ditulisnya sendiri tentang kumpulan catatan selama perjalanannya.
![]() |
Buku ini berisi catatan selama mendapatkan biaya studi selama sekitar 11 hari di Brunei Darussalam. Menjadi buku dengan ketebalan sekitar 100 halaman karena di dalamnya juga terdapat banyak foto. |
![]() |
buku antologi. Jadi selama 11 hari di Brunei Darussalam, menghasilkan 1 buku mandiri, 1 buku antologi, dan 1 artikel ilmiah. |
Menulis akan mudah jika kita menulis apa yang dibaca. Bentuknya bisa disebut dengan RESENSI BUKU.
Apa, mengapa, dan bagaimana dengan resensi buku?
Jawabannya ada dalam tulisan beliau berjudul "Membuat Resensi Buku" pada link https://www.spirit-literasi.id/2020/10/membuat-resensi-buku.html
Sedangkan contoh resensi sederhana yang ditulisnya dapat diakses pada link https://ngainun-naim.blogspot.com/search/label/RESENSI%20BUKU
Orang-orang di sekitar kita bisa siapa saja, seperti orang tua kita, guru kita, tetangga atau tentang siapa pun. Intinya kita menulis hal apa pun yang menurut kita menarik.
Seperti tulisan beliau tentang gurunya yang dapat diakses pada link https://www.spirit-literasi.id/2024/03/role-model.html atau tentang almarhum ayahanda beliau yang dapat diakses pada link https://ngainun-naim.blogspot.com/2023/04/silaturrahim-dan-kepekaan.html
![]() |
https://ngainun-naim.blogspot.com/2023/04/silaturrahim-dan-kepekaan.html |
Strategi Menulis
1. Menulis di pagi hari
Di pagi hari, keadaan tubuh masih segar dan otak belum lelah bekerja. Mungkin ada yang setuju dan tidak setuju dengan ini, karena karakteristik setiap orang berbeda-beda. Bagi narasumber sendiri, pagi hari memang waktu istimewa karena jika malam, beliau merasa menulis sudah terasa sulit.
Jangan instan. Tidak ada orang yang bisa menulis dalam hitungan hari. Mungkin ada, tetapi mungkin akan sangat jarang sekali. Narasumber menyebut menulis sebagai JALAN PANJANG (https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/64f484ad08a8b51abb1cca62/jalan-panjang)
Sekali menulis tidak harus langsung banyak. Kebiasaan menulis setiap orang memang berbeda-beda. Seperti narasumber sendiri misalnya, ada beberapa tulisannya yang ditulis di buku tulis terlebih dahulu. Beliau menuliskannya sedikit demi sedikit, misalnya sekali duduk menulis sekitar 2-3 paragraf yang disebutnya NGEMIL (seperti orang makan saja). Sang narasumber menuliskan kebiasaan menulisnya ini dalam https://www.spirit-literasi.id/2023/06/hernowo-spirit-literasi-dan-teknik.html yang berjudul "Hernowo, Spirit Literasi, dan Teknik Ngemil".
Banyak orang ingin menjadi penulis tetapi tidak tahan dengan hambatan. Misalnya tidak menemukan ide. Padahal ide itu ada di mana-mana. Diri kita sendiri juga dapat menjadi sumber ide. Hanya butuh kepekaan dan latihan. Jika tidak sabar, ide juga tidak akan ditemukan. Seperti tulisan beliau yang berjudul "Pikiran, Keimanan, dan Kecerdasan" yang dituliskannya setelah mendengar khotbah Jumat (https://www.spirit-literasi.id/2024/02/pikiran-keimanan-dan-kecerdasan.html).
Jadi, sabarlah menjalani proses. Pelan tetapi pasti nantinya menulis akan mudah.
Berikut adalah rangkuman jawaban yang diberikan Prof. Dr. Ngajinun Naim. M. H.I. atas pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman KBMN PGRI Gelombang 31 :
- Tips membumbui cerita yang bersumber dari pengalaman supaya bisa membuat orang tertarik untuk membacanya adalah dengan sering berlatih,banyak membaca danmengembangkan imajinasi. Semuanya itu merupakan keterampilan yang perlu dilatih. Prosesnya memang tidak sederhana. Mudah diucapkan tetapi saat dipraktikkan tidak selalu mudah. (pertanyaan Bapak Dadan Suandi)
- Tentu saja saya sering mengalami hambatan. Sebabnya banyak. Misalnya, kesibukan yang tinggi. Bisa juga karena macet. Saya selalu berusaha membangun kesadaran diri bahwa bisa menulis itu anugrah hidup yang harus disyukuri. Caranya ya dengan menulis itu sendiri. Karena itu ketika macet, saya berusaha mengurainya. Bisa dengan membaca Al-Qur'an. Bisa juga dengan cara-cara lainnya. Meskipun tidak selalu mudah, biasanya akan ditemukan solusi untuk mengatasi hambatan yang ada. Asal ada kemauan, Insyaallah ada jalan. Where there is a will, there is a way. (pertanyaan Ibu Umi Kulsum Kebumen).
- Perlu proses. Pelan-pelan dipersiapkan segala sesuatunya. Di kampus saya, setiap kelompok mahasiswa KKN harus membuat buku antologi. Itu baru jalan setelah beberapa tahun. Sekarang sudah mapan. Dosen juga begitu. Banyak manfaatnya tetapi semuanya butuh proses, seperti yang tertuang dalam tulisan berjudul "Dari Sepuluh Halaman Menuju Satu Buku" yang dapat diakses melalui link https://www.spirit-literasi.id/2021/03/dari-sepuluh-halaman-menuju-satu-buku.html. (pertanyaan Kang YS)
- Saya sendiri dulu sering mengalaminya juga dalam menulis. Seringkali saya menuliskan kata yang sama atau pengulangan kata sehingga saya merasa kalau tulisan saya tidak enak dibaca dan terkesan tidak nyambung. Caranya memang harus banyak membaca. Jika bacaan kita banyak, imajinasi kita kaya. Tabungan kosa kata banyak. Ini akan berpengaruh saat nulis. Juga perlu sering berlatih menulis. Dengan cara ini, apa yang Anda alami akan terkurangi. Mari terus menulis, jalani prosesnya dan nikmati aktivitasnya. (pertanyaan Ibu Cicin-Garut)
"Deskripsi dimulai dalam imajinasi penulis, tetapi harus selesai dalam imajinasi pembaca". – Stephen King
Terima kasih.
Nancy Olivia, M.Pd
Menarik sekali
BalasHapusTerima kasih bu Umi :)
HapusBagus bu
BalasHapusTerima kasih Pak Asep :)
HapusKeren tampilan blognya bu. Hasil resumenya juga lengap dan menarik tuk dibaca. beerbagi ilmunya ya bu hehe
BalasHapusTerima kasih bu Kartini :)
HapusMantap, resume nya makin bagus, semangat terus untuk menulis
BalasHapusWah... Amin... terima kasih bu Eka :)
HapusWow keren banget... Lengkap 🙏
BalasHapusTerima kasih banyak bu Cicih :)
HapusTerima kasih resumenya, mantap.
BalasHapusTerima kasih juga, Bapak... sudah berbaik hati selalu memberi support :)
Hapus