Materi : KAIDAH PANTUN
Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd.
Moderator : Arofiah Afifi, S.Pd
Salam dan bahagia.
Ketika melihat flyer pertemuan KBMN PGRI Gelombang 31 yang menginformasikan bahwa materi yang disampaikan narasumber adalah KAIDAH PANTUN, saya langsung mencari pengertian pantun di google search. Saya menemukan pengertian pantun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang menjelaskan bahwa pantun adalah bentuk puisi Indonesia-Melayu yang tiap baitnya terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b. Memang hanya itulah yang saya ketahui selama ini tentang apa itu pantun.
Baju bersulam berbahan katun,
Sandingkan dengan kain kebaya
Rabu malam kita berpantun,
Lestarikan budaya Indonesia
Itulah sebait pantun yang juga tertulis dalam flayer pertemuan hari ini yang dimoderatori oleh Ibu Arofiah Afifi, S.Pd. dan materinya akan disampaikan oleh narasumber yaitu bapak Miftahul Hadi, S.Pd. Melalui materi KAIDAH PANTUN ini, kami turut melestarikan salah satu kekayaan karya sastra Indonesia, yaitu PANTUN. Itulah alasannya Ibu Arofiah Afifi sang moderator mengatakan materi kali ini adalah materi berharga yang tidak boleh diabaikan. "Pantun itu asyik" demikian kata sang moderator kemudian, dan dilanjutkan lagi dengan memberikan beberapa pantun lainnya sebagai pembuka pertemuan.
Jalan-jalan ke kota Bekasi
Naik kereta di stasiun Manggarai
Mari kawan kita berliterasi
Karya nyata cita pun dicapai
Petik sekuntum bunga pematang
Bunganya kecil dimakan ngengat
Assalamualaikum selamat datang
Ku sapa hadirin dengan hangat.
Berjalan adik sambil dituntun
Harus dijaga jangan terjatuh
Sungguh unik belajar pantun
Materi berharga hati tersentuh
Cakeeep
Yuk yuk siap-siap.
Kemudian, beliau melanjutkan dengan pantun perkenalan.
Kalaulah ingin membaca cerpen
Cari akun Arofiah Afifi
Kalau lah Anda memegang pulpen
Tulislah nama saya cukup Ovi
Pagi hari Pergi sekolah
Pulangnya naik mentromini
Bersama saya Arofiah
Pandu acara malam ini
Ibu Ovi pun mempersilahkan narasumber memulai pemberian materi dengan berpantun.
Rambut dibelai sama Bu Atun
Sisir dahulu aduh rapinya
Sebelum mulai kaidah pantun
Kenali dulu narasumber
Asyeeek...
Ibu Ovi memperkenalkan narasumber yaitu Bapak Miftahul Hadi, S.Pd. sebagai salah satu relawan KBMN dan memiliki motto "Berkarya, berdedikasi, menginspirasi." Beliau berasal dari Denmark Jawa Tengah alias Demak yang telah menghasilkan karya beberapa buku solo bertajuk pantun juga banyak buku Antologi.
Tak kalah dengan Ibu Ovi, Bapak Miftah pun menyapa kami dengan pantun.
Bismillahirrahmanirrahim
Mawar sekuntum tumbuh di taman,
Daun salam tumbuh di kota,
Assalamualaikum saya ucapkan,
Sebagai salam pembuka kata.
Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh.
Dan memperkenalkan diri dengan pantun.
Banjir kanal tanahnya lempung,
Membabat semak di pinggir kali,
Salam kenal saya mas Mif guru kampung,
Dari Demak berjuluk kota wali.
Narasumber menjelaskan tentang apa itu pantun, bagaimana kaidah pantun dan praktik mudah membuat pantun.
Pantun adalah bagian dari budaya Indonesia, karena pantun merupakan bagian dari tradisi di Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam yang dikenal sebagai pantun.
Ya, pantun merupakan tradisi hampir diseluruh wilayah Indonesia. Berbagai suku di Indonesia memiliki pantun dengan ciri khas masing-masing. Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Almarhum Mbah Samsuri adalah salah seniman Kentrung dari Demak (
https://www.youtube.com/watch?v=YStl3VmOvIc) .
Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
Sudah seharusnya, kita sebagai warga negara Indonesia berbangga karena Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014. Dan pada tahun 2020, Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020). Pantun adalah salah satu akar budaya Nasional Indonesia, dan budaya nasional adalah identitas Bangsa Indonesia.
Definisi pantun menurut beberapa ahli
Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Jika dilihat dari definisi tersebut, pantun itu menggambarkan adanya sikap sopan dan santun.
Tuntun (Pampanga): teratur, Tonton (Tagalog): mengucapkan sesuatu dengan susunan yang teratur, Tuntun (Jawa Kuno): benang, Atuntun: teratur, Matuntun: pemimpin, Panton (Bisaya): mendidik, Pantun (Toba); kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019). Kalau dilihat dari definisi ini, pantun disusun dari kata yang teratur, tidak sembarangan.
Beberapa Pantun dari Berbagai daerah di Indonesia
Menurut Suseno (2006) di Tapanuli pantun dikenal dengan nama ende-ende.
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Tatap siru mondang bulan.
Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.
Sing getol nginam jajamu,
Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.
Contoh:
Kabeh-kabeh gelung konde,
Kang endi kang gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang endi sing durung ana.
Beberapa Fungsi Pantun
- Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.
- Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.
- Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.
- Secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan
Ciri-ciri Pantun
- Satu bait terdiri atas empat baris
- Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata
- Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
- Bersajak a-b-a-b
- Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayangsedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud.
- Antara baris pertama kedua, itu tidak berhubungan dengan baris ketiga dan keempat
Perbedaan Pantun dengan Syair dan Gurindam
1. Karmina atau pantun kilat
Pantun yang terdiri dari dua baris
Ciri karmina atau pantun kilat:
- baris 1 sampiran, baris 2 isi
- bersajak a-b
- setiap baris berisi empat sampai lima kata
- jumlah suku kata 8-12
2. Syair
Contoh:
Ke sekolah janganlah malas,
Belajar rajin di dalam kelas,
Jaga sikap janganlah culas,
Agar hati tak jadi keras.
Ciri syair:
- semua barisnya, berakhiran bunyi as
- bersajak a-a-a-a
- tiap barisnya saling berhubungan
- jumlah kata dan suku kata juga hampir sama dengan pantun
Contoh:
Jika selalu berdoa berdzikir,
Ringan melangkah jernih berpikir.
Ciri gurindam:
- terdiri dari dua baris
- baris pertama adalah sebab, baris kedua adalah akibat
sebab : berdoa berdzikir
akibat : jernih berpikir
- jumlah kata dan suku kata juga sama dengan pantun
- bunyi akhir 1 dan 2 = kir (maka sajaknya a a)
Rima dalam pantun
1. Rima akhir
Perhatikan contoh pantun berikut.
Makan nasi ditambah kerupuk ku lit
paling lahap makannya di tepi saw ah
membuat pantun memanglah su lit
jika diasah akanlah jadi mud ah
Pantun di atas adalah contoh pantun dengan rima/bunyi akhir yang sama hanya di akhir baris, maka disebut dengan rima akhir.
Jika kita lihat panntun di atas, rima akhir tapi satu huruf terakhir. Lalu apakah bisa dianggap pantun?
2. Rima laval akhit
Pantun itu menunjukkan keindahan pilihan diksi serta kalimat. Agar rimanya indah, upayakan memilih kata minimal laval (bunyi) akhir yang sama. Bukan huruf akhir.
Contoh :
Mawar sekunt um tumbuh di tam an,
Daun sa lam tumbuh di ko ta,
Assalamualaik um saya ucapk an,
Sebagai sa lam pembuka ka ta.
Perhatikan, pada bait di atas kata di tengah dan akhir baris memiliki bunyi akhir yang sama
3. Rima awal, tengah dan akhir
Contoh:
Jangan dipetik si daun sirih
Jika tidak dengan gagangnya
Jangan diusik orang berkasih
Jika tidak dengan sayangnya
4. Rima lengkap
Contoh:
Bagai patah tak tumbuh lagi
Rebah sudah selasih di taman
Bagai sudah tidak suluh lagi
Patah sudah kasih idaman
Demikian materi pertemuan kali ini, yang bagi saya sangat bermanfaat sekali untuk memperdalam pengetahuan tentang Pantun.
(Sumber : Materi Bapak Miftahul Hadi, S.Pd dalam Kelas Menulis KBMN PGRI Gelombang 31 yang dibagikan melalui group chat Whatsapp)
Nancy Olivia, M.Pd
Keren sekali
BalasHapusTerima kasih bu Ari :)
HapusSuper keren banget
BalasHapusTerima kasih bu Cicih :)
HapusTerima kasih bapak/ibu sudah menyimak materi, semoga bermanfaat. salam berkarya, berdedikasi, menginspirasi.
BalasHapusTerima kasih Pak untuk materinya dan ilmu2nya :)
HapusAlhamdulillaah, saya bisa belajar banyak dari tulisan ini
BalasHapusAlhamdulillah... terima kasih Pak Asep :)
HapusLengkap sekali resumenya
BalasHapusTerima kasih bu Ovi, mohon bimbingannya terus bu :)
Hapus