Halaman

Rabu, 26 Juni 2024

Resume-19 Diksi dan Seni Bahasa (Rabu, 26 Juni 2024-KBMN31)

 


Materi            : Diksi dan Seni Bahasa

Narasumber   : Maydearly

Moderator     : Mutmainah, M.Pd


Salam dan bahagia.

Pertemuan ke-19 kelas belajar menulis KBMN PGRI Gelombang 31 ini ramai dengan diksi-diksi menarik sebagaimana rangkaian kalimat dalam flyer pengingat pertemuan ini.

Hatiku stasiun. 
Tempat pertemuan dan perpisahan membekas dengan luka. Sebagai satu-satunya kereta yang melintas. 

Hatimu kultus pemujaan, 
Sedangkan rasaku hanya jelata yang berjuang untuk sebaya. Mencoba meraba, merupa apa-apa, hingga berakhir lelah yang lupa bahagia.

Sebagai penulis, penggemar bahasa dan sastra pasti peka akan bahasa indah yang menggugah selera dan rasa. Semudah melentingkan nafas di udara. Begitu pula menuliskan untaian kalimat indah yang kita kenal dengan DIKSI. Kita buktikan dengan masuk kelas malam ini. Bersama Queen of Diction yang akan mengajak kita berdansa dalam diksi.

Demikianlah isi flyer pertemuan ini. Narasumber yang digelari sebagai Queen of Diction oleh TIM TSO adalah Ibu Maydearly. Beliau didampingi oleh ibu Mutmainah, M.Pd. yang biasa kita sapa dengan panggilan Ibu Emut. Beliau sudah pernah mengisi materi dalam kelas menulis KBMN PGRI gelombang 31 ini.

Moderator mengajak sekilas berkenalan dengan narasumber, Ibu Maydearly Berasal dari provinsi Banten, Kabupaten Lebak. Sebuah kota kecil yang kaya akan budaya. Terkenal dengan motto Lebak Unique karena mendiami tempat yang benar-benar unik. Mendapat gelar The Queen of diction karena keahliannya menulis diksi-diksi indah dalam puisi. Beliau seorang Guru, Bloger, motivator dan juga novelis. Salah satu karyanya yang booming dan dibeli oleh orang nomor satu kabupaten Lebak adalah buku Januari Dalam Kenangan, sebuah buku yang menghimpun kisah korban bencana alam di Kabupaten Lebak yang terjadi pada tanggal  1 Januari 2020 silam.

Menurut moderator, kisah dalam buku ini begitu mengharu biru, mencabik hati siapa pun yang membacanya. Buku yang dikemas dengan bahasa penuh diksi namun mudah difahami. Tiga buku terbarunya *Dua Irama dalam Larik Puisi,  Merapal Jejak Bu Kanjeng dan Prosais Be Three juga telah mengembara sampe ke ujung Sumatera.

Ibu Emut sang moderator menutup sapaannya dengan sebuah puisi indah karyabya sendiri.

Hujan Dan Rindu 

Sepagi ini rinai menyapa
Mengulang kenangan di sebalik labirin aksara
aku sandarkan rindu yang kian mendera
Sambil menyaksikan sekelumit ingatan yang berseteru
Lalu berharap temu di ruang rindu

Menikmati hujan .... 
Menahan tangis yang tertahan 
Sambil mengadu selayak teman
Setangkup harap menyeruak dalam wujud yang tak merupa

Aku hanya berharap setelah hujan berhenti
Tersapu jejak kaki yang kemarin menanti 
Lalu rindu ini terbawa pergi.

Emut Lebak

Ibu Maydearly sang narasumber pun membuka materinya dengan paragraf berikut.

Tuan dan Nyonya di Seberang ingatan
"Dengan sinar senja yang meluncur lembut di balik perbukitan, pertemuan malam ini terbentang di depan mata kita lewat beranda virtual  seperti lukisan kuno yang menghidupkan nuansa sejarah dengan sapuan warna yang halus dan penuh makna"


Menyapa sang Rembulan
Wahai Andika Rembulan yang tersenyum nan kemilau, malam ini aku mengeja do'a penuh pesona, di lembah pasrah penuh penghambaan, berharap malam ini penuh berkah seraya merapal Basmallah.

Berikut materi yang disampaikan narasumber mengenai "Diksi dan Seni Bahasa".



ESENSI DIKSI 

Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks dalam  tulisan. 

Diksi lahir untuk memberikan ruh agar sebuah kata memiliki kepantasan yang lebih bermakna. Dengan Diksi, kita akan lebih merasakan warna dan rasa untuk setiap kalimat. 

Dahulu, sejarahwan Yunani bernama Aristoteles memperkenalkan Diksi untuk menulis puisi. Kini, Diksi berkembang pesat tidak hanya pada puisi tapi juga digunakan untuk memperindah bahasa sebagai padanan kata agar lebih terasa maknanya.

Dalam konteks sastra atau tulisan kreatif, keindahan diksi sangat penting karena dapat mempengaruhi bagaimana pembaca merespons dan menghayati karya tersebut. Kata-kata yang dipilih dengan cermat tidak hanya memperkaya pengalaman membaca tetapi juga dapat mengekspresikan nuansa, emosi, atau gambaran dengan lebih mendalam.

Jadi, untuk mencapai keindahan diksi, penulis perlu memperhatikan konteks penggunaan kata-kata, pemilihan kosakata yang sesuai dengan nada atau suasana yang diinginkan, serta kemampuan untuk menggambarkan atau menggambarkan dengan cara yang unik dan menarik.

Diksi adalah tentang rasa yang hadir dari logika
Ketika jiwa kita dihadirkan dalam sebuah tulisan, maka akan dengan mudah merangkai kata yang indah penuh Diksi.

William Shakespeare dikenal dengan penggunaan diksi yang kaya dan puitis dalam karya-karyanya. Diksi merujuk pada pilihan kata-kata yang digunakan dalam tulisannya, dan Shakespeare terampil dalam memilih kata-kata yang tepat untuk menciptakan nuansa, gambaran, dan emosi yang mendalam dalam karya-karyanya seperti drama dan puisi.

Salah satu karya William Shakespeare yang terkenal adalah Romeo and Juliet: Karya ini memperlihatkan diksi yang romantis dan ekspresif, dengan dialog-dialog yang puitis antara kedua tokoh utama.


Tips mudah bagaimana menciptakan khazanah Diksi yang menawan.

Ada 5 Jurus jitu yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan/menggali bakat kita dalam berdiksi.


Pertama 

Sense of touch atau indera sentuhan dapat berperan penting dalam mengembangkan diksi, terutama dalam menggambarkan atau menjelaskan pengalaman fisik atau emosional. Berikut adalah beberapa cara di mana sense of touch dapat membantu dalam pengembangan diksi:

  1. Deskripsi Fisik: Menggunakan kata-kata yang merujuk pada sensasi fisik yang dirasakan oleh karakter atau objek dalam cerita. Misalnya, "rasa kasar batu yang menggores telapak tangan" atau "kelembutan bulu halus yang menyentuh pipi".
  2. Ekspresi Emosi: Mendeskripsikan bagaimana indera sentuhan mempengaruhi suasana hati atau emosi seseorang. Contohnya, "rasa dingin membelai kulitnya membuatnya merasa kesepian" atau "kehangatan pelukan memenuhi hatinya dengan kedamaian"
  3. Nuansa dan Atmosfer: Menggunakan sensasi sentuhan untuk membangun nuansa atau atmosfer dalam sebuah setting. Misalnya, "angin sepoi-sepoi menyentuh kulit mereka dengan lembut di tepi pantai yang sunyi" atau "hujan deras yang membasahi bumi dengan kelembutan."
  4. Metafora dan Personifikasi: Menggunakan sentuhan secara metaforis untuk menggambarkan pengalaman atau objek secara lebih mendalam. Contohnya, "sinar matahari merayap seperti jemari emas yang membelai tanah gersang" atau "suara angin di pepohonan menggelembung seperti suara tawa anak-anak yang bermain."

Sekumpulan Bintang menjadi saksi bisu yang mempertemukan aku dan kamu di malam ini. Sebuah pertemuan yang akan selalu merayap dalam labirin ingatan (Maydearly).

Kedua 

Sense of smell atau indera penciuman adalah elemen penting dalam berdiksi karena dapat menambah kedalaman dan kehidupan dalam deskripsi pengalaman atau suasana. Berikut adalah beberapa cara di mana sense of smell dapat digunakan dalam berdiksi:

  1. Deskripsi Lingkungan: Menggunakan aroma untuk menggambarkan lokasi atau lingkungan dengan lebih jelas. Contohnya, "aroma bunga melati yang menyegarkan memenuhi udara di taman itu" atau "bau tanah basah setelah hujan turun sepanjang malam."
  2. Karakterisasi: Menambahkan aroma untuk menggambarkan karakter atau suasana hati. Misalnya, "parfum mewah yang menguar dari lehernya menunjukkan keanggunan dan kepercayaan dirinya" atau "bau rokok dan alkohol yang menusuk hidung menggambarkan gaya hidupnya yang kasar."
  3. Memori dan Emosi: Menggunakan aroma untuk memicu memori atau mengekspresikan emosi karakter. Contohnya, "aroma kue mangga yang manis membawa kenangan masa kecilnya yang bahagia" atau "bau bensin yang tajam memicu kecemasan dalam dirinya."
  4. Metafora dan Simbolisme: Menggunakan aroma secara metaforis untuk menggambarkan suasana atau konsep. Misalnya, "bau kemarahan yang menyengat terasa di udara" atau "aroma kebohongan yang terasa menyengat di ruang rapat itu."

Hati Maydearly dan Para penulis Nusantara adalah prosa dalam tanda koma, tak perlu diakhiri dalam bait dan titik, karena jua dan jumpa akan menjadi cita-cita paling gulana😍 (Maydearly).

Ketiga 

Sense of taste atau indera perasa, juga dapat digunakan dengan efektif dalam berdiksi untuk memperkaya pengalaman pembaca dengan sensasi-sensasi yang berkaitan dengan rasa. Berikut adalah beberapa cara di mana sense of taste dapat dimanfaatkan dalam berdiksi:

  1. Deskripsi Makanan dan Minuman: Menggunakan rasa untuk menggambarkan makanan atau minuman dengan lebih jelas. Contohnya, "rasa manis dari cokelat leleh mengalir di lidahnya" atau "rasa pedas dari sambal yang membara memenuhi seluruh mulutnya."
  2. Ekspresi Emosi atau Perasaan: Menggunakan rasa untuk mengekspresikan emosi atau perasaan karakter. Misalnya, "rasa getir kecewa yang seperti pahit di ujung lidahnya" atau "rasa gembira yang segar seperti buah-buahan tropis yang manis."

Maydearly menghitung rupa sejarah, dalam dilatasi waktu yang dibersamai embun, duduk  di antara sepotong hati, termenung di antara bayangan dan ingatan, 'Whispered the story of us' iya, berbisik tentang pertemuan kita di malam ini, di kelas ini (Maydearly).

Keempat 

"Sensasi jurnalisme" merujuk pada cara penggunaan diksi yang khas dalam konteks jurnalisme untuk menyampaikan berita atau cerita dengan cara yang informatif, jelas, dan terkadang juga memikat.

Untukmu, Tuan dan Nyonya di seberang lamunan, semoga malam ini menjadi penyebab Candu, hingga kita aduk rasa cemas menjadi gelagat rindu sangat jelas. Rindu memikat kata nan menawan, rindu melangitkan aksara nan rupawan (Maydearly).

Kelima 

Sense of hearing atau indera pendengaran dapat diterapkan secara efektif dalam berdiksi untuk menciptakan pengalaman auditori yang kuat dalam tulisan. Berikut beberapa cara menggunakan sense of hearing dalam berdiksi:

  1. Deskripsi Suara: Menggunakan kata-kata untuk menggambarkan berbagai jenis suara dengan detail. Misalnya, "derap langkah kaki yang cepat di lorong yang sepi" atau "gemerisik daun kering yang disapu angin."
  2. Atmosfer dan Nuansa: Suara dapat digunakan untuk membangun atmosfer atau nuansa tertentu dalam sebuah setting. Contohnya, "gemuruh petir yang menggetarkan jendela" untuk menciptakan ketegangan atau "suara riuh kerumunan yang memenuhi pasar pagi."
  3. Ekspresi Emosi: Suara juga dapat mengekspresikan emosi atau perasaan. Misalnya, "senandung riang anak-anak yang bermain di halaman sekolah" atau "ratapan sedih yang terdengar di ruang tengah rumah duka."
  4. Simbolisme dan Metafora: Suara dapat digunakan secara metaforis untuk menyampaikan makna yang lebih dalam. Contohnya, "suara jangkrik malam yang menyiratkan kesepian di hatinya" atau "nyanyian angin yang membawa berita baik."

Tuan dan Nyonya, tentang kita bukan hanya semu yang tak pernah bertemu. Pada waktu yang tak pernah merasa jemu, biarkan Maydeary dan para penulis Nusantara saling mengais rindu di antara bilahan bayu, karena takdir kita bukan hanya semata ragu😍 Atas takdir kita bertemu dalam beranda virtual ini. (Maydearly).

Narasumber menyampaikan materi dengan unik dan indah. Jika dapat saya simpulkan tips yang diberikan, intinya adalah untuk dapat menghasilkan tulisan-tulisan indah dan menyentuh rasa para pembaca, seorang penulis harus memiliki kepekaan indera dan keterampilan pemilihan dan merangkai diksi dan bahasa. Karena sesungguhnya menurut saya, menulis adalah seni yang didalamnya mengandung makna, keindahan dan nilai-nilai kebajikan untuk dibagikan kepada para pembacanya. 

Demikian materi yang diberikan oleh narasumber pada pertemuan ke-18 ini. Semoga semua ilmu yang telah dibagikan cuma-cuma oleh beliau ini dapat menambah wawasan sebagai penulis pemula dan menggerakkan kita untuk mulai menulis. 

(Sumber: Materi Narasumber, Ibu Maydearly dalam Kelas Belajar Menulis KBMN PGRI Gelombang 31)


Terima kasih.

Nancy Olivia, M.Pd  

Selasa, 25 Juni 2024

Resume-18 Menulis Buku dari Karya Ilmiah (Senin, 25 Juni 2024-KBMN31)

 

Materi            : Menulis Buku dari Karya Ilmiah

Narasumber   : Eko Daryono, S.Kom.

Moderator     : Muliadi, M.Pd


Salam dan bahagia.

Bagi yang telah berhasil menuntaskan pendidikan di perguruan tinggi, pastinya telah memiliki karya ilmiah sebagai syarat akhir kelulusannya menyandang gelar sarjana. Karya ilmiah yang telah ditulis dapat berupa skripsi, tesis atau disertasi. Pernahkah terpikir untuk menulis buku dari karya ilmiah kita tersebut? Kalau saya, jujur saja belum pernah terpikirkan akan menuliskannya dalam buku. Untuk terpikirkan pertanyaan "bisakah karya ilmiah saya tuliskan menjadi buku?", itupun sama sekali tidak pernah.

Pada pertemuan ke-18 KBMN PGRI Gelombang 31 yang dimoderatori Bapak Muliadi, M.Pd. ini, kita akan mengetahuinya dan mempelajarinya. Bapak Eko Daryono, S.Kom. sebagai narasumber, membimbing kita untuk mempelajarinya sehingga dapat memperkaya pengetahuan kita yang sedang banyak belajar dunia kepenulisan. Pertanyaan pemantik dari Bapak Muliadi cukup berhasil mengugah semangat, yaitu "Pernahkah bapak ibu bermimpi menjadi penulis terkenal?" dan "Bayangkan karya bapak ibu dibaca oleh banyak orang, menginspirasi mereka bahkan mengubah dunia. Terdengar luar biasa bukan?". Beliau pun menyampaikan bahwa melalui pertemuan ini, kita tidak hanya belajar mengubah tumpukan kertas hasil penelitian menjadi buku yang memukau, tetapi juga menjelajahi rahasia menjadi penulis yang sukses.

Berikut sekilas tentang profil narasumber, Bapak Eko Daryono, S.Kom.

Prestasi dan berbagai karya beliau dapat diakses melalui link https://maseko1275.blogspot.com/2021/11/profil.html#more 


Mas Eko, demikian sang narasumber akrab disapa. Be;ia menyampaikan bahwa materi yang disampaikan bersifat lebih teoritis dan mungkin saja dapat membingungkan. Hal ini dikarenakan belum adanya standarisasi konversi karya ilmiah menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, Pakar Menulis maupun pengalaman saya menjadi editor dari tahun ke tahun akhirnya mengerucut pada standar isi buku. Oleh karena itu, bagi peserta KBMN sejak angkatan 28 yang masih bergabung di KBMN saat ini mungkin bertanya kenapa materi yang dulu disampaikan tidak sama? Hal ini terjadi karena dari kegiatan editing yang telah direviuw perpusnas selaku yang menerbitkan ISBN saya banyak mendapatkan materi.

Sebelum berbicara konversi karya ilmiah menjadi buku, terlebih dahulu saya sampaikan karya ilmiah atau lebih tepatnya karya tulis ilmiah itu apa dan apa saja macamnya yang dapat dikonversi menjadi buku. “Karya tulis ilmiah merupakan tulisan perseorangan atau kelompok dari hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang yang memenuhi kaidah ilmiah (Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014).

Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku

Sumber : Bambang Trimansyah (2019: 6)

Semua jenis KTI dalam bagan di atas dapat dikonversi menjadi buku. Hal pokok yang perlu dipahami apa tujuan mengkonversi KTI menjadi buku? Kenapa harus memahami hal itu? Karena kegiatan konversi berdampak signifikan pada KTI aslinya. Maksudnya bisa jadi dari kegiatan konversi justru menghasilkan buku baru yang fresh atau bisa jadi buku aslinya, namun sudah berubah menjadi buku terbitan percetakan. Hal tersebut ada kaitannya dengan status buku yakni ber-ISBN atau tidak.

Jika bapak/ibu ingin buku hasil cetak mirip dengan buku aslinya, maka sulit untuk mendapatkan ISBN mengingat ketentuan dari perpusnas bahwa buku yang ber-ISBN lebih mengarah pada buku pengetahuan populer. Solusinya jika menghendaki KTI asli menjadi buku maka bisa memakai QRCBN, karena QRCBN bisa untuk self publishing (untuk hal ini tidak akan dibahas lebih jauh).

Pembahasan fokus pada buku konversi yang bisa di ISBN-kan.

Ada lima formula untuk membuat buku dari karya ilmiah, diantanya adalah :

  1. Pertama, Formula Judul
  2. Kedua, Formula Isi 
  3. Ketiga, Formula Struktur Penulisan 
  4. Keempat, Formula Bahasa 
  5. Kelima, Formula Kaidah Buku ISBN


Formula Judul

Judul buku hasil konversi suka tidak suka harus dirubah terlebih dahulu jika judulnya menunjuk terminologi waktu dan tempat.

Contoh yang beliau edit dan sudah keluar ISBN-nya dari judul asli dan judul bukunya seperti ini : 

Judul asli : Model Pengembangan Strategi Sweet Love Dalam Membangun Kompetensi Pedagogi Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Y.

Judul buku yang sudah keluar ISBN : 

  • STRATEGI SWEET LOVE, 
  • MEMBANGUN KOMPETENSI GURU

Contoh untuk judul dari penelitian kuantitatif : PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI KOMPETENSI LITERASI DIGITAL DAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) (Analisis Sequential Explanatory Pada Guru Z)

Judul Buku : Guru dan Katalisator Kualitas Pembelajaran

Kedua buku tersebut sudah keluar ISBN-nya beberapa hari yang lalu.


Formula isi

Jika judul berubah, bagaimana dengan isinya? Isi buku praktis berubah menjadi non penelitian, maksudnya tidak lagi mendeskripsikan sebuah penelitian. Bagian asli yang masih bisa dipakai dari karya ilmiah adalah bagian latar belakang di bab I dan bagian-bagian teoritisnya. Untuk bab 3,4,5 yang berisi metode, hasil dan kesimpulan sudah tidak nampak lagi terkhusus untuk penelitian kuantitatif.

Adapun untuk karya ilmiah kualitatif, hasil penelitian masih bisa terpakai dengan catatan tidak lagi mengarah pada hasil penelitian, namun bahasanya sudah disesuaikan dengan bahasa pengetahuan umum.


Formula Struktur Penulisan

Perlu diperhatikan bahwa buku hasil konversi tidak lagi mengenal bab, sub bab, list paragraph. Sehingga struktur penulisan tidak lagi terbingkai secara formal dan cenderung terputus-putus, namun dibuat narasi yang mengalir

Contoh Struktur Penulisan

Tidak tampak lagi bab, misalnya seperti ini

Untuk list paragraph sebisa mungkin juga dibuat dalam bentuk narasi

Contoh list paragraphnya

Hasil konversinya

Formula Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam buku konversi diupayakan tidak formal selayaknya penelitian, misalnya seperti gaya kutipan. 


Teks aslinya : Menurut pendapat Saihu dst.


Formula Kaidah Buku ISBN

Untuk pengajuan buku berisbn, naskah dilengkapi dengan keaslian karya, sudah siap cetak, minimal halaman isi 50 hal, format buku nacaan umum. Diawal memang sudah disinggung bahwa untuk mengkonversi karya ilmiah memang butuh sense of writer Namun jangan khawatir, banyak ahli di KMBN yang mungkin bisa memberikan gambaran isi buku. 

Saat ini, beliau sedang editing buku yang aslinya berjudul : PEMENUHAN KASIH SAYANG ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SD X.

Buku itu aslinya penelitian kuantitatif. Agar judulnya lebih menjual dan menarik dan memang buku aslinya menarik, beliau menyarankan judul : The Power of Parental Love (Dukungan Kasih Sayang dalam Membentuk Keberhasilan Akademis Anak).

Pada akhir pertemua, narasumber memberikan tambahan penguatan melalui jawaban pertanyaan yang masuk, diantaranya:

  • Komunikasi pendek merupakan model karya ilmiah yang hanya memuat point-point utama dari hasil penelitiannya. Jadi hanya point inti saja yang disajikan dan itupun dalam bentuk sangat ringkas. 
  • Pembaca yang akan disasar memang dapat menjadi preferensi bagaimana seorang penulis membuat gaya penulisan. Contoh konversi buku hasil disertasi yang umumnya disasar adalah lingkungan kampus tentu disesuakan dengan gaya para akademisi. 
  • Untuk permasalahan resiko plagiat, jika memang karya tersebut asli karya Bapak Ibu maka Bapak Ibu bisa mengajukan keberatan kepada penulis yang memplagiat atau melaporkan kepada institusinya. Jika keberatan diterima maka Bapak akan menjadi pemilik sah dan file plagiasinya akan ditarik. Sudah banyak contoh Pak termasuk yang baru saja viral. Mungkin yang cukup heboh ada yang melibatkan salah satu pengajar di salah satu kampus terkenal di Jogja. Memang butuh effort Pak dan begitulah dunia maya yang jika kita tidak memiliki karakter akan melegalkan segala hal.
  • Sebenarnya untuk mengkonversi, bisa dilakukan secara mandiri. Kembali kepada sense of writer. Sebenarnya kitalah yang lebih tahu akan kita kemanakan buku kita. Namun yang belum terbiasa mungkin dapat meminta saran atau masukan dari ahlinya. Jadi tidak harus diserahkan kepada ahlinya jika memang kita sendiri mampu.

Sebagai penutup beliau menyampaikan, "Jangan biarkan karya ilmiah kita hanya menjadi dokumen berdebu di rak almari pajang. Pertemukan dan jodohkan karya ilmiah kita dengan berjuta-juta pembaca yang telah menantikannya. Konversilah menjadi buku dan yakinlah bahwa buku karya kita akan menemui takdir terbaiknya".

Demikian materi yang diberikan oleh narasumber pada pertemuan ke-18 ini. Semoga semua ilmu yang telah dibagikan cuma-cuma oleh beliau ini dapat menambah wawasan sebagai penulis pemula dan menggerakkan kita untuk mulai menulis. 

(Sumber : Materi Narasumber, Bapak Eko Daryono, S.Kom. dalam Kelas Menulis KBMN PGRI Gelombang 31)


Terima kasih.

Nancy Olivia, M.Pd  

Rabu, 19 Juni 2024

Resume-17 Wujudkan Merdeka Belajar: Pemanfaatan Buku Digital dalam Pembelajaran (Rabu, 19 Juni 2024-KBMN31)

 


Materi            : Wujudkan Merdeka Belajar: Pemanfaatan Buku Digital dalam Pembelajaran

Narasumber   : Nur Dwi Yanti, M.Pd.

Moderator     : Raliyanti


Salam dan bahagia.

Merdeka belajar yang didasari pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara lahir di era majunya teknologi informasi digital. Sebagaimana yang ditekankan Ki Hadjar Dewantara dalam filosofinya bahwa pendidikan anak haruslah memperhatikan kodrat alam dan kodrat zamannya. Telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia pendidikan yang saat ini menuntut percepatan pendidikan selain untuk mengatasi learning lost pasca masa pandemi covid-19 (2020-2021)  juga untuk siap memasuki zaman revolusi industri. Walaupun percepatan terjadi namun akan tetap mengutamakan pendidikan yang inklusif.

Pertemuan ke-17 KBMN PGRI Gelombang 31, yang dimoderatori oleh ibu Ralianti, membahas tentang "Wujudkan Merdeka Belajar: Pemanfaatan Buku Digital dalam Pembelajaran". Ibu Nur Dwi Yanti, M.Pd. sebagai narasumber, selain mengajak kita mendalami kembali esensi pemanfaatan teknologi digital dalam merdeka belajar, beliau juga mengajak langsung mempraktikkan membuat berbagai macam bentuk buku digital. Berikut adalah berbagai informasi yang dibagikan narasumber.

Merdeka Belajar : Sebuah Konsep Pembelajaran Baru

Merdeka belajar merupakan sebuah konsep pembelajaran baru yang memerdekakan guru dan murid dari berbagai peraturan dan beban administratif yang selama ini dianggap menghambat proses belajar mengajar. Merdeka belajar yang diluncurkan pada tahun 2020 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Nadiem Makarim ini memiliki tujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih bermakna sesuai dengan kebutuhan individu murid (inklusif).

Pemanfaatan buku digital sebagai sumber belajar dan media pembelajaran merupakan bentuk dari perwujudan pendidikan yang berpihak pada murid. Murid yang saat ini hidup pada zaman teknologi digital. Oleh karenanya sangat penting bagi guru untuk memiliki keterampilan dan kreativitas yang memanfaatkan teknologi digital dalam kegiatan mengajarnya.

Buku Digital: Peluang Baru Untuk Pembelajaran Yang Lebih Efektif

Buku digital dipandang sebagai peluang baru untuk pembelajaran yang lebih efektif karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan buku cetak konvensional.

  1. lebih praktif dan mudah dibawa
  2. lebih interaktif
  3. lebih murah
  4. lebih ramah lingkungan
  5. dapat diperbaharui
  6. lebih mudah diakses
Jenis-Jenis Buku Digital

  • e-book: Buku digital yang diformat dalam bentuk file elektonik seperti PDF, ePUB, atau MOBI
  • audiobook: Buku digital yang disajikan dalam format audio, sehingga murid dapat mendengarkannya tanpa harus membaca
  • e-book interaktif : Buku digital yang dilengkapi dengan fitur interaktif seperti video, animasi, dan game edukatif
  • educational apps: Aplikasi edukasi yang berisi materi pembelajaran dalam format digital
Memanfaatkan Buku Digital Untuk Pembelajaran yang Inklusif dan Berdiferensiasi

Buku digital juga merupakan bentuk upaya memfasilitasi kebutuhan dan karakter belajar murid yang beragam, Berikut merupakan beberapa bentuk memanfaatkan buku digital yang disesuaikan dengan keberagaman latar belakang kebutuhan dan karaketer belajar murid:

  • Gunakan buku digital yang tersedia dalam berbagai format
  • Gunakan buku digital yang dilengkapi dengan fitur-fitur aksesibilitas
  • memberikan tugas dan kegiatan belajar yang beragam
  • berikan dukungan dan bimbingan individu kepada siswa
Buku Digital yang Dapat Diakses Secara Gratis di Indonesia

  • Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Perpusnas menyediakan layanan iPusnas yang memungkinkan pengguna mengakses buku digital secara gratis.
  • Platform Merdeka Mengajar (PMM). Kemendikbud RI menyediakan platform Merdeka Mengajar yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses berbagai sumber belajar digital secara gratis, termasuk buku digital. Koleksi buku digital di PMM terdiri dari buku-buku kurikulum untuk tingkat SD, SMP, SMA dan SMK. Pengguna dapat mengkases PMM melalui website atau aplikasi di smartphone dengan mudah.
  • Google Play Book. Apple Books juga menawarkan berbagai macam buku digital ratis baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Aplikasi Membuat E-Book

  • PDF
  • Google Docs
  • Flips
  • Canva
  • dll
Membangun Mimpi : Membuat Buku Digital Untuk Menunjang Pembelajaran

  • Pilih topik dan sasaran. Pilihlah topik yang sesuai dengan kurikulum dan materi pembelajaran yang hendak diajarkan. Tentukan target murid dan sesuaikan (usia, tingkat perkembangan minat, dll)
  • Konten menarik dan bermakna. Agar pembelajaran menjadi menarik dan bermakna bagi murid, gabungkan teks, gambar, dan multimedia yang disisipkan ilustrasi, foto, video atau audio. Gunakan gaya bahasa yang lugas dan mudah dipahami murid namun tetap informatif dan sesuai dengan jenjang pendidikannya
  • Pilih platfom gratis maupun yang berbayar. Beberapa platform gratis namun terbatas dalam penggunaan fungsinya seperti Canva, Book Creator, atau Google Slides. Platform berbayar yang menawarkan fitur-fitur lebih lengkap seperti template interaktif, pembaca analitik dan penerbitan ke berbagai format yaitu di antaranya platform iSpring Suite, Adobe Captivate, atau E-Book Maker
  • Desain dan antar muka pengguna. Atur tata letak yang rapi seperti atur teks, gambar, dan multimedia dengan rapi dan memperhatikan estetika untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi buku. Gunakan font yang jelas dan ukuran yang sesuai untuk kenyamanan pembaca di layar digital. Navigasi yang mudah, pastikan struktur buku digital mudah diakses dan dinavigasi seperti adanya daftar isi dan penanda halaman.
  • Uji Coba dan Revisi. Lakukan uji coba penggunaan buku digital yang telah dibuat dan mintalah umpan balik pengguna/pembaca. Keudian revisi atau perbaiki untuk meningkatkan kualitas buku digital kita.
Contoh-Contoh Tampilan Buku Digital

  • Google docs dalam bentuk Slides  yang ditautkan dengan google form
  • Canva
  • Heyzine
  • Book Creator



Guru di zaman majunya teknologi digital ini memang dituntut untuk memiliki semangat untuk mau terus belajar dan meningkatkan keterampilan digital. Semangat untuk terus kreatif dalam mendisain kegiatan pembelajaran yang berpihak kepada murid dan bernafaskan merdeka belajar.

Demikian materi yang diberikan oleh narasumber pada pertemuan ke-17 ini. Semoga semua ilmu yang telah dibagikan cuma-cuma oleh beliau ini dapat menambah wawasan sebagai penulis pemula dan menggerakkan kita untuk mulai menulis. 

(Sumber : Materi Narasumber, Ibu Nur Dwi Yanti, M.Pd. dalam Kelas Menulis KBMN PGRI Gelombang 31)


Terima kasih.

Nancy Olivia, M.Pd  


Rabu, 12 Juni 2024

Resume-16 Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis (Rabu, 12 Juni 2024-KBMN31)

 


Materi            : LANGKAH MENYUSUN BUKU SECARA SISTEMATIS

Narasumber   : Yulius Roma Patandean, M.Pd.

Moderator     : Purbaniasita Kusumaning Sedyo, S.Pd.


Salam dan bahagia.

Jika pada pertemuan sebelumnya KBMN PGRI ke-31 mengangkat materi "Konsep Buku Non Fiksi", pertemuan ini merupakan kelanjutan dari materi tersebut yaitu "Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis". Masih saling berkaitan dan berkesimbungan. 

Bapak Yulius Roma Patandean, M.Pd sebagai narasumber pada pertemuan ini, membantu kita mengetahui, mengerti dan memahaminya. Karena pertemuan ini dilaksanakan melalui Zoom, maka kami mendapatkan kesempatan istimewa untuk menyaksikan beberapa tips yang didemonstrasikan secara langsung oleh beliau dan kami dapat melakukan tanya jawab secara interaktf. Bapak Yulius Roma Patandean, M.Pd  merupakan narasumber alumni KBMN PGRI Gelombang 9 dengan segudang jejak pengalaman, penghargaan, karya publikasi hingga sertifikasi. Narasumber hebat ini didampingi oleh moderator hebat pula yaitu ibu Purbaniasita Kusumaning Sedyo, S.Pd yang akrab dengan sapaan Ibu Sita.

Berikut beberapa intisari penting dan bermanfaat dari pemaparan materi narasumber.

Langkah menyusun buku:

  1. Bulatkan niat mulia untuk menulis buku.
  2. Mulailah menulis
  3. Jadilah editor pertama bagi tulisan kita sendiri
  4. Manfaatkan fitur-fitur pada aplikasi microsoft word
  5. Teruslah menulis 
Langkah menulis buku menggunakan aplikasi microsoft word

  • Klik ikon page layout dan pilih format kertas A5 untuk buku
  • Klik setting margin
  • Ketik isi halaman
    • Judul Buku
    • Kata Pengantar (awali dengan melakukan blok "kata pengantar", klik home dan jadikan heading 1. setting ukuran font (huruf) menjadi 14, dan klik pengaturan tata letak tulisan yaitu "Center/rata tengah"
    • Daftar isi (cara pengaturan sama seperti pada kata pengantar. Letakkan cursor di bawah daftar isi, klik references dan klik table of content) pilih style Automatic Table of Contents yang tersedia.
    • Bab 1 , 2 dan seterusnya merupakan sub judul dan sub-sub judul.  (cara pengaturan sama seperti pada kata pengantar namun untuk sub judul pilih heading 1 dan untuk sub sub judul pilih heading 3 dengan ukuran font 12 dan diblok hitam (bold) kemudian rata tengah)
    • Indeks (cara pengaturan sama seperti pada kata pengantar)
    • Daftar pustaka (klik references kemudian pilih bibliography)
    • Tentang penulis(cara pengaturan sama seperti pada kata pengantar)
    • Nomor halaman
Silahkan akses link berikut untuk lebih jelasnya.
- https://youtu.be/jXPr59aWJSc dan  - https://youtu.be/eePQwyHAcjw

Sedangkan untuk lebih jelasnya cara membuat indeks pada tulisan di buku, dapat mengakses link: - https://youtu.be/mS8bfNZT-rA

  • Serahkan kepada editor profesional percetakan untuk lebih menyempurnakan hasil edit penulisan kita hingga penerbitannya 

Sebenarnya, langkah-langkah di atas merupakan proses edit yang dilakukan para editor profesional saat kita membawanya ke percetakan. Sehingga dengan melakukan langkah-langkah tersebut sendiri, kita telah mempercepat penerbitan buku karya kita dengan hasil yang lebih memuaskan. 

Kita dapat melakukan eksplorasi penggunaan ikon-ikon menu pada microsoft word untuk melatih pemanfaatannya.

Beberapa tips lainnya yang dibagikan narasumber adalah sebabgai berikut:

  • Untuk menambahkan table, gunakan insert table (Klik insert 👉 table 👉klik kanan pilih caption.
  • Gunakanlah gambar pribadi jika kita ingin menggunakan gambar pada tulisan kita agar luput dari pelanggaran hak cipta.
  • Jika kita sedang mengalami mentok ide, maka kita bisa mencoba cara mengambil kata kunci dari kalimat sebelumnya untuk dijadikan kata awal pada kalimat selanjutnya.
  • Untuk penomoran halaman secara otomatis, klik header n footer kemudian pilih page number.
Pada akhir pertemuan, narasumber berpesan agar jangan mundur ketika naskah kita dirasa tidak berkembang. Jika kita menundanya maka otomatis tulisan kita pun tertunda. Tulisan yang sudah kita mulai harus diselesaikan. 
Kita akan berhasil menyelesaikan tulisan dengan motivasi yang tulus  seperti motivasi "untuk menulis buku" karya sendiri bukan untuk mencapai sesuatu. Jika motivasi kita kurang, maka kemauan menulis pun akan hilang. Menuliskan sesuai emosi yang sedang kita rasakan, dan jika kita ingin berumur seperti bumi, maka menulislah. Abadikan jejak perjalanan hidup dan pemikiran kita melalui buku-buku karya kita sendiri dan bukan  hasil plagiat.

Demikian materi yang diberikan oleh narasumber pada pertemuan ke-16 ini. Semoga semua ilmu yang telah dibagikan cuma-cuma oleh beliau ini dapat menambah wawasan sebagai penulis pemula dan menggerakkan kita untuk mulai menulis. 

(Sumber : Materi Narasumber, Bapak Yulius Roma Patandean, M.Pd dalam Kelas Menulis KBMN PGRI Gelombang 31)


Terima kasih.

Nancy Olivia, M.Pd  



Senin, 10 Juni 2024

Resume-15 Konsep Buku Non Fiksi (Senin, 10 Juni 2024-KBMN31)

 



Materi            : KONSEP BUKU NON FIKSI

Narasumber   : Musiin, M.Pd.

Moderator     : Lely Suryani, S.Pd. SD.


Salam dan bahagia.

Sudah separuh perjalanan di kelas menulis KBMN PGRI Gelombang 31. Malam ini kami memasuki pertemuan ke-15. Tidak terasa tapi juga tidak menyangka akan bisa tetap mengikuti kelas menulis sampai malam ini.  

Moderator pertemuan ini yaitu Ibu Lely Suryani, S.Pd., SD. mengingatkan kami tetap menjaga stamina agar tetap semangat sampai garis finish. beliau berkata, "... sudah separuh  jalan, dan separuh jalan berikutnya, biasanya tiggal jalan yang menanjak, penuh liku dan mungkin juga rintangan."

Sebagaimana di informasikan moderator, malam ini ruang belajar kita mendapat kehormatan dengan hadirnya narasumber yang berbakat menulis kenyataan dalam hidupnya. Nyata dan fakta. Narasumber adalah Ibu Musiin, M.Pd. Sang narasumber telah menjadi guru sejak tahun 1998 dan juga aktif bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Ibu Musiin  atau biasa dipanggil Bu Iin oleh orang-orang di sekitarnya memiliki hobi membaca buku, menulis, travelling  dan memasak. Beliau lahir di kota Tahu Takwa Kediri dan merupakan seorang guru Bahasa Inggris yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah  di SMPN 3 Grogol Kediri. Ternyata pengalaman mengajarnya dimulai dari menjadi dosen pada tahun 1994 di STKIP PGRI Jombang, STIE Dewantara Jombang dan tutor bagi pekerja asing di PT Chiel Jedang Jombang. Selain itu, Ibu Iin juga merupakan Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak angkatan 4 dan Fasilitator PGP angkatan 9 dan angkatan 11. Luarbiasa sekali kontribusi beliau dalam dunia Pendidikan di Indonesia.

Sebagai penulis pemula, karya buku yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut:

1.    Digital Brochure Mengasah Kemampuan Menulis dan Jiwa Kewirausahaan Gen Z

2.    Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi Muda melalui Literasi (Karya bersama Prof Eko)

3.    Selaksa Hikmah dari Tarokan (Karya bersama siswa-siswa)

4.    Ukir Prestasi dan Tebar Inspirasi ( Antologi Kisah Guru Lejitkan Potensi Siswa)

5.    Cergam Panji Asmarabangun and Dewi Sekartaji

6.    Modul Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kelas IX.

7.    Menulis Artikel populer di majalah online

 

Menjadi penulis buku non fiksi telah mengantarkan beliau mengikuti ujian Sertifikat Penulis dan  berhasil memegang sertifikasi penulis pada tahun 2020.

Apa itu buku Non Fiksi?

📖 Buku nonfiksi merupakan buku yang dibuat berdasarkan fakta dan kenyataan.

📖Isi dari buku nonfiksi adalah informasi, pengetahuan, atau wawasan. 

📖Tujuan penulisan buku nonfiksi ialah menyajikan temuan baru atau penyempurnaan dari informasi yang sudah ada.

📚Apakah rumit membuatnya? 

Dalam flyer pertemuan ini, Tim TSO mengatakan, "tidak ada yang rumit jika kita tahu ilmu dan teknisnya."

Lalu, bagaimana caranya, apa saja isinya, dimulai dari apa? ini lah yang akan terjawab dari pemaparan narasumber.

Sedikit saya kutip sapaan awal narasumber yang dapat menjadi motivasi bagi saya sebagai penulis pemula.

"Saya adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yang di awal  mengikuti kelas juga belum memiliki karya. Namun, dengan semangat yang pantang menyerah, saya berhasil mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Kami bersembilan telah berhasil menaklukakan tantangan menulis Prof Eko dan buku kami telah berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya saya berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi."


Demikian perkenalan singkat mengenai moderator dan narasumber untuk materi "Konsep Buku Non Fiksi", dan berikut adalah beberapa bahasan narasumber mengenai materi tersebut.


Gambar buku di atas merupakan pemantik yang diberikan narasumber. Beliau bertanya, apa makna judul buku tersebut?.

Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang tentunya memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Sudahkan “ a book inside you” disampaikan dalam bentuk tulisan?
Setiap orang sebenarnya mempunyai buku di dalam dirinya, namun tidak banyak yang ingin mendokumentasikan.

Lebih baik 1 ide namun nyata daripada 1000 ide hanya di angan-angan. Goreskanlah tinta emas untuk anak cucu kita dan generasi yang akan datang.

Memang benar, menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, tidak semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS


BUKU NON FIKSI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian buku non fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya).

Karena tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan inilah yang membuat buku non fiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca maupun para penulis-penulis jurnal dan penulis ilmiah lainnya. Adapun bahasa yang digunakan biasanya bahasa denotatif atau bahasa sebenarnya, sehingga pembaca dapat langsung memahami maksud dari isi buku.


POLA PENULISAN

Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

  1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) . Contoh: Buku Pelajaran
  2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan
  3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)


PROSES PENULISAN

Proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni

  1. Pratulis
  2. Menulis Draf
  3. Merevisi Draf
  4. Menyunting Naskah
  5. Menerbitkan

Saat kita memutuskan untuk memulai menulis sesuatu yang berhubungan dengan profesi kita sebagai pendidik, coba dipikirkan praktik baik apa yang sedang kita laksanakan di kelas atau di sekolah?

Langkah Pertama - Pratulis

  1. Menentukan tema (Silakan menulis di sembar kertas, tema dan ide apa yang  ingin ditulis?)
  2. Menemukan ide
  3. Merencanakan jenis tulisan
  4. Mengumpulkan bahan tulisan
  5. Bertukar pikiran
  6. Menyusun daftar
  7. Meriset
  8. Membuat Mind Mapping
  9. Menyusun kerangka

Misalkan, Tema numerasi " Meningkatkan kemampuan numerasi pada peserta didik kelas bawah". Ini adalah salah satu praktik baik yang pastinya sudah kita lakukan, sehingga sudah ada dokumentasi yang lengkap, baik berupa dat dan foto-foto.

Selanjutnya dorong  diri sendiri untuk menuliskan ide tulisan, bahan tulisan, dan kerangka tulisan. Tidak harus sempurna, namun kita dapat menjadikan ide menjadi nyata bukan fatamorgana.

 Ide-ide tulisan dapat kita peroleh dari berbagai hal yang dekat dengan kita.

  • Saat ini guru sebagai pembelajar sepanjang hayat sudah diberikan fasilitas untuk belajar secara mandiri melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Dalam PMM terdapat video inspirasi, bukti karya dan ide praktik yang disediakan untuk diakses dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.  Ide tulisan bisa diambil dari 3 sumber tersebut.
  • Dari pengalaman orang lain, kita bisa mendapatkan inspirasi untuk dilakukan di kelas. Tulisan yang berdasarkan pengalaman pribadi akan lebih mudah untuk dituliskan karena nyata dan sudah melekat pada diri kita.
  • Dari berita (seperti yang dilakukan oleh narasumber). Tema yang diangkat  narasumber di bukunya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. Referensi berasal dari data dan fakta yang diperolehnya dari literasi di internet.

Referensi terdiri dari

  1. Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
  2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
  3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;
  4. Penemuan yang telah didapatkan.
  5. Pemikiran yang telah direnungkan

Ibu Iin kemudian melakukan tahap berikutnya membuat kerangka. Kerangka ini diajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan. 

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A. Pembagian Generasi Pengguna Internet

B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A. Media Sosial

B. UU ITE

C. Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A. Pengertian

B. Elemen

C. Pengembangan

D. Kerangka Literasi Digital

E. Level Kompetensi Literasi Digital

F. Manfaat

G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H. Kewargaan Digital

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A. Keluarga

B. Sekolah

C. Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C. Membangun Digital Mindset Warganet +62

Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, Ibu Iin mengikuti nasehat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be). 

Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis.

Anotomi Buku NonFiksi

  1. Halaman Judul
  2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
  3. Halaman Daftar Isi
  4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
  5. Halaman Prakata
  6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
  7. Bagian /Bab
  8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
  9. Halaman Glosarium
  10. Halaman Daftar Pustaka
  11. Halaman Indeks

Memang terkadang banyak ide yang terasa atau dirasa kurang menggigit untuk dijadikan tema menulis, oleh karenanya perbanyaklah membaca buku sehingga kita dapat lebih kaya dalam referensi ide yang kita temukan dari buku-buku yang telah kita baca.

Langkah kedua - Menulis Draf

1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

Langkah ketiga Merevisi Draf

1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.

Langkah keempat- Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1. Ejaan

2. Tata bahasa

3. Diksi

4. Data dan fakta

5. Legalitas dan norma

Berikut adalah beberapa jawaban pertanyaan-pertanyaan pada sesi tanya jawab yang dapat dijadikan informasi tambahan dari narasumber:

  1. Kalau jurnal dan karya tulis ilmiah pasti memiliki struktur tersendiri. Kalau buku nonfiksi berbeda dengan jurnal. Jadi anatominya tidak sama. (Ibu Ari dari Kebumen)
  2. Terkait proyek untuk menulis buku antologi sesuai materi malam ini. Apakah masing-masing penulis penulis menuliskan pengalaman masng-masing? atau mau berupa garis besar menuju temu buku yang akan ditulis solo.  Jawaban narasumber, selama ini peserta kurang memaksa diri untuk menulis buku non fiksi. Bisa dari tulisan sederhana dan dikumpulkan melalui antologi akan timnul inspirasi untuk menjadi tulisan solo. (Ibu Lely Suryani-moderator).
  3. Jumlah minimal halaman agar dapat dikatakan layak adalah tidak ada batasan halaman. Yang penting menulis menulis da menulis. Karena asyik bisa sampai 200 halaman. (Ibu Dina dari Bengkulu).


Demikian materi yang diberikan oleh narasumber pada pertemuan ke-15. Semoga semua ilmu yang telah dibagikan cuma-cuma oleh beliau ini dapat menambah wawasan sebagai penulis pemula dan menggerakkan kita untuk memulai goresan emas pertama kita. 

(Sumber : Materi Narasumber, Ibu Musiin, M.Pd. dalam Kelas Menulis KBMN PGRI Gelombang 31 yang dibagikan melalui group chat Whatsapp)


Terima kasih.

Nancy Olivia, M.Pd 



Rabu, 05 Juni 2024

Resume-14 Kaidah Pantun (Rabu, 05 Juni 2024-KBMN31)

Materi            : KAIDAH PANTUN

Narasumber   : Miftahul Hadi, S.Pd.

Moderator     : Arofiah Afifi, S.Pd


Salam dan bahagia.

Ketika melihat flyer pertemuan KBMN PGRI Gelombang 31 yang menginformasikan bahwa materi yang disampaikan narasumber adalah KAIDAH PANTUN, saya langsung mencari pengertian pantun di google search. Saya menemukan pengertian pantun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang menjelaskan bahwa pantun adalah bentuk puisi Indonesia-Melayu yang tiap baitnya terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b. Memang hanya itulah yang saya ketahui selama ini tentang apa itu pantun.

Baju  bersulam berbahan  katun,
Sandingkan dengan kain kebaya
Rabu malam kita berpantun,
Lestarikan budaya Indonesia

Itulah sebait pantun yang juga tertulis dalam flayer pertemuan hari ini yang dimoderatori oleh Ibu Arofiah Afifi, S.Pd. dan materinya akan disampaikan oleh narasumber yaitu bapak Miftahul Hadi, S.Pd. Melalui materi KAIDAH PANTUN ini, kami turut melestarikan salah satu kekayaan karya sastra Indonesia, yaitu PANTUN. Itulah alasannya Ibu Arofiah Afifi sang moderator mengatakan materi kali ini adalah materi berharga yang tidak boleh diabaikan. "Pantun itu asyik" demikian kata sang moderator kemudian, dan dilanjutkan lagi dengan memberikan beberapa pantun lainnya sebagai pembuka pertemuan.

Jalan-jalan ke kota Bekasi
Naik kereta di stasiun Manggarai
Mari kawan  kita berliterasi
Karya nyata cita pun dicapai

Petik sekuntum bunga pematang
Bunganya kecil dimakan ngengat
Assalamualaikum selamat datang
Ku sapa hadirin dengan hangat.

Berjalan adik sambil dituntun
Harus dijaga jangan terjatuh
Sungguh unik belajar pantun
Materi berharga  hati tersentuh 
Cakeeep
Yuk yuk siap-siap.

Kemudian, beliau melanjutkan dengan pantun perkenalan.

Kalaulah ingin membaca cerpen 
Cari akun Arofiah Afifi 
Kalau lah Anda memegang pulpen  
Tulislah nama saya cukup  Ovi

Pagi hari Pergi sekolah 
Pulangnya naik mentromini 
Bersama saya Arofiah 
Pandu acara malam ini

Ibu Ovi pun mempersilahkan narasumber memulai pemberian materi dengan berpantun.

Rambut dibelai sama Bu Atun
Sisir dahulu aduh rapinya
Sebelum mulai  kaidah pantun 
Kenali dulu narasumber
Asyeeek...
Ibu Ovi memperkenalkan narasumber yaitu Bapak Miftahul Hadi, S.Pd. sebagai salah satu relawan KBMN dan memiliki motto "Berkarya, berdedikasi, menginspirasi." Beliau berasal dari Denmark Jawa Tengah alias Demak yang telah menghasilkan karya  beberapa buku solo bertajuk pantun juga banyak buku Antologi.
Karya-karya buku beliau dapat diakses melalui link:  https://masmifgurukampung.blogspot.com/2023/06/profil.html

Tak kalah dengan Ibu Ovi, Bapak Miftah pun menyapa kami dengan pantun.

Bismillahirrahmanirrahim

Mawar sekuntum tumbuh di taman,
Daun salam tumbuh di kota,
Assalamualaikum saya ucapkan,
Sebagai salam pembuka kata.

Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh.

Dan memperkenalkan diri dengan pantun.

Banjir kanal tanahnya lempung,
Membabat semak di pinggir kali,
Salam kenal saya mas Mif guru kampung,
Dari Demak berjuluk kota wali.

Narasumber menjelaskan tentang apa itu pantun, bagaimana kaidah pantun dan praktik mudah membuat pantun. 

Pantun adalah bagian dari budaya Indonesia, karena pantun merupakan bagian dari tradisi di Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam yang dikenal sebagai pantun. 

Ya, pantun merupakan tradisi hampir diseluruh wilayah Indonesia. Berbagai suku di Indonesia memiliki pantun dengan ciri khas masing-masing. Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Almarhum Mbah Samsuri adalah salah seniman Kentrung dari Demak (https://www.youtube.com/watch?v=YStl3VmOvIc) .

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Sudah seharusnya, kita sebagai warga negara Indonesia berbangga karena Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014. Dan pada tahun 2020, Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020). Pantun adalah salah satu akar budaya Nasional Indonesia, dan budaya nasional adalah identitas Bangsa Indonesia.

Definisi pantun menurut beberapa ahli

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Jika dilihat dari definisi tersebut, pantun itu menggambarkan adanya sikap sopan dan santun.

Tuntun (Pampanga): teratur, Tonton (Tagalog): mengucapkan sesuatu dengan susunan yang teratur, Tuntun (Jawa Kuno): benang, Atuntun: teratur, Matuntun: pemimpin, Panton (Bisaya): mendidik, Pantun (Toba); kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019). Kalau dilihat dari definisi ini, pantun disusun dari kata yang teratur, tidak sembarangan.


Beberapa Pantun dari Berbagai daerah di Indonesia

1. Tapanuli
Menurut Suseno (2006) di Tapanuli pantun dikenal dengan nama ende-ende.
Contoh:
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.

2. Jawa Barat
Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.
Contoh:
Sing getol nginam jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol naengan elmu,
Gunana dunya akhirat.
3. Jawa
Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.
Contoh:
Kabeh-kabeh gelung konde,
Kang endi kang gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang endi sing durung ana.


Beberapa Fungsi Pantun

  1.  Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.
  2. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.
  3. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.
  4. Secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan

Ciri-ciri Pantun

  • Satu bait terdiri atas empat baris
  • Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata
  • Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
  • Bersajak a-b-a-b
  • Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayangsedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud. 
  • Antara baris pertama kedua, itu tidak berhubungan dengan baris ketiga dan keempat

Perbedaan Pantun dengan Syair dan Gurindam


1. Karmina atau pantun kilat
Pantun yang terdiri dari dua baris
Contoh:
Dua tiga kucing saleh
Tidak boleh

Ciri karmina atau pantun kilat:
    • baris 1 sampiran, baris 2 isi
    • bersajak a-b
    • setiap baris berisi empat sampai lima kata
    • jumlah suku kata 8-12
2. Syair
Contoh:
Ke sekolah janganlah malas,
Belajar rajin di dalam kelas,
Jaga sikap janganlah culas,
Agar hati tak jadi keras.

 Ciri syair:

    • semua barisnya, berakhiran bunyi as 
    • bersajak a-a-a-a
    • tiap barisnya saling berhubungan
    • jumlah kata dan suku kata juga hampir sama dengan pantun

3. Gurindam
Contoh:
Jika selalu berdoa berdzikir,
Ringan melangkah jernih berpikir.

 Ciri gurindam:

    • terdiri dari dua baris
    • baris pertama adalah sebab, baris kedua adalah akibat

sebab : berdoa berdzikir

akibat : jernih berpikir

    •  jumlah kata dan suku kata juga sama dengan pantun 
    • bunyi akhir 1 dan 2 = kir (maka sajaknya a a)


Rima dalam pantun

1. Rima akhir
 
Perhatikan contoh pantun berikut.

Makan nasi ditambah kerupuk ku lit
paling lahap makannya di tepi saw ah
membuat pantun memanglah su lit
jika diasah akanlah jadi mud ah

Pantun di atas adalah contoh pantun dengan rima/bunyi akhir yang sama hanya di akhir baris, maka disebut dengan rima akhir. 
Jika kita lihat panntun di atas, rima akhir tapi satu huruf terakhir. Lalu apakah bisa dianggap pantun?

2. Rima laval akhit

Pantun itu menunjukkan keindahan pilihan diksi serta kalimat. Agar rimanya indah, upayakan memilih kata minimal laval (bunyi) akhir yang sama. Bukan huruf akhir.

Contoh :
Mawar sekunt um tumbuh di tam an,
Daun sa lam tumbuh di ko ta,
Assalamualaik um saya ucapk an,
Sebagai sa lam pembuka ka ta.

Perhatikan, pada bait di atas kata di tengah dan akhir baris memiliki bunyi akhir yang sama

3. Rima awal, tengah dan akhir

Contoh:

Jangan dipetik si daun sirih

Jika tidak dengan gagangnya

Jangan diusik orang berkasih

Jika tidak dengan sayangnya 

 4. Rima lengkap

Contoh:

Bagai patah tak tumbuh lagi

Rebah sudah selasih di taman

 Bagai sudah tidak suluh lagi

Patah sudah kasih idaman 


Demikian materi pertemuan kali ini, yang bagi saya sangat bermanfaat sekali untuk memperdalam pengetahuan tentang Pantun. 

 

(Sumber : Materi Bapak Miftahul Hadi, S.Pd dalam Kelas Menulis KBMN PGRI Gelombang 31 yang dibagikan melalui group chat Whatsapp)



Terima kasih.

Nancy Olivia, M.Pd 


 

Resume-30 Teknik Promosi Buku (Rabu, 7 Agustus 2024-KBMN31)

  Materi            : Teknik Promosi Buku Narasumber   : Akbar Zainudin, MM., MNE., M.Pd. Moderator     :  Dyah Kusumaningrum, ST. Salam dan...